09 March 2018

Curug Botoh Batang




Di Batang ternyata memiliki banyak wisata alam air terjun. Wisata air terjun memang memiliki tempat tersendiri untuk wisatawan. Selain indahnya alam, mandi di bawah air terjun juga memberikan sensasi tersendiri. Dan Curug Botoh ini wajib untuk anda jelajahi. Selain debit airnya yang besar, lokasi alam disekitar Curug Botoh pun masih terlihat alami dan asri.

Informasi Umum
Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah adalah salah satu tempat wisata yang berada di desa banteng, kecamatan tersono, kabupaten batang,  provinsi jawa tengah, negara indonesia. Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah adalah tempat wisata yang ramai dengan wisatawan pada hari biasa maupun hari liburan. Tempat ini sangat indah dan bisa memberikan sensasi yang berbeda dengan aktivitas kita sehari hari.
Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah memiliki pesona keindahan yang sangat menarik untuk
dikunjungi. Sangat di sayangkan jika anda berada di kota batang tidak mengunjungi wisata air terjun yang mempunyai keindahan yang tiada duanya tersebut.
Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah sangat cocok untuk mengisi kegiatan liburan anda, apalagi saat liburan panjang seperti libur nasional, ataupun hari ibur lainnya. Keindahan Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah ini sangatlah baik bagi anda semua yang berada di dekat atau di kejauhan untuk merapat mengunjungi tempat  Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah di kota batang. Yuk Hilangin Kejenuhan Ke 36 Daftar Destinasi Wisata Di Batang Jawa Tengah



Lokasi
Dimana lokasi Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah ? seperti yang tertulis di atas lokasi Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah terletak di desabanteng, Kecamatantersono , Kabupaten batang, Provinsi jawa tengah.
Tetapi jika anda masih bingung di mana lokasi atau letak Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah saya sarankan anda mencari dengan mengetik Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah di search google maps saja. Di Google maps sudah tertandai dimana lokasi yang anda cari tersebut.

Daya Tarik
Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah merupakan tempat wisata yang harus anda kunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya. Penduduk lokal daerah tersono juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal maupun wisatawan asing.

Kota batang juga terkenal akan keindahan obyek wisatanya , salah satunya adalahWisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah ini. Wisata Curug Botoh di Batang Jawa Tengah merupakan salah satu Destinasi wisata baru di Kabupaten Batang yang perlu Anda masukan dalam agenda liburan akhir pekan ini. Curug Sibotoh/Sibutuh terletak di Dukuh Plugutan, Desa Banteng, Kecamatan Tersono Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Sumber : http://www.teluklove.com




PANTAI PELABUHAN GRINGSING



Pantai Pelabuhan Terletak di Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing dengan jarak ± 50 km dari pusat kota Batang. Pantai ini baik sebagai tempat untuk memancing dan terdapat sumber air tawar di tepi pantai.



Pantai Pelabuhan ini selain memiliki spot pemandangan yang indah, ternyata ramai juga dikunjungi oleh pemancing dari berbagai daerah di sekitar Batang. Jadi, buat anda yang sudah terbiasa memancing di sungai dan mau mencoba sensasi lain memancing di pantai, maka anda wajib datang ke lokasi ini.
Lokasi : Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang

Sumber : https://tokopakaianolshop.wordpress.com


Asal Usul Desa Semampir Reban Batang






Semampir adalah salah satu desa di Kecamatan Reban Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah berjarak ± 1,5 Km dari Ibukota Kecamatan. Seperti desa-desa lainnya, desa ini juga mempunyai peranan penting dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Berikut ini kami ceritakan sekilas tentang asal-usul Desa tersebut.

Joglo Masuk desa Semampir Reban

Pada abad 19 waktu Indonesia masih dijajah oleh Belanda, rakyat Indonesia sangatlah menderita. Kehidupan rakyat sangatlah tertindas oleh ulah penjajah. Kebodohan dan kemiskinan dirasakan betul oleh rakyat kita. Semua hasil pertanian dikuras oleh penjajah dan dibawa ke negeri kincir angin,  bangsa Indonesia diperas tenaganya untuk kepentingan penjajah. Bekerja seharian diberi upah sangatlah tidak layak, makan sangat kurang dan tidak bergizi. Melihat keadaan seperti itu ada salah seorang Pangeran yang ingin membebaskan negeri ini dari penindasan Belanda. Pangeran tersebut adalah Pangeran Diponegoro dari Mataram (Yogyakarta).

Joglo Masuk Desa Semampir
Tersebutlah Pangeran Diponegoro beserta pasukan atau prajuritnya mulai menyusun siasat untuk berperang melawan penjajah. Diantara prajurit Pangeran Diponegoro terdapat seorang abdi/prajurit yang bernama Ki Buyut Proyononggo. Ki Buyut Proyononggo ini yang nantinya menjadi cikal bakal yang menamai Desa Semampir Kecamatan Reban. Setelah siasat disusun dengan rapi dan disinyalir tidak ada anggota prajurit yang menjadi kaki tangan Belanda, maka dimulailah penyerangan terhadap penjajah. Pada waktu itu markasnya di Goa Selarong yang terletak jauh dari kota dan tidak mudah diketahui musuh.
Penyerangan pertama berhasil dan dilanjutkan dengan penyerangan berikutnya, yang membuat kalang kabut pihak Belanda. Pada saat perang Pangeran Diponegoro berkecamuk, ratusan korban jiwa berjatuhan, baik dari pihak rakyat maupun tentara Belanda. Tetesan darah para pahlawan yang gugur bagaikan air bah yang membasahi bumi pertiwi. Suara meriam dan tembakan dari pihak musuh memecah kesunyian malam. Sedangkan pasukan kita hanya bersenjatakan seadanya, badik, keris, dan bambu runcing tetapi tidak mengurangi  semangat juang pasukan kita untuk merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perang berlangsung antara tahun 1825 – 1830, selama hampir lima tahun Pangeran Diponegoro beserta anak buahnya melawan penjajah. Keluar masuk hutan, naik gunung, turun gunung untuk bersembunyi dan menyusun siasat perang untuk penyerangan selanjutnya. Pangeran Diponegoro beserta pasukan mendapat kemenangan yang gemilang, membuat pihak Belanda kalang kabut menghadapi Pasukan Diponegoro. Sampai akhirnya pihak Belanda berniat licik untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Akhirnya niat Belanda tercapai menangkap Pangeran Diponegoro dengan jalan pura-pura diajak berdamai. Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Makasar Sulawesi. Setelah Pangeran Diponegoro diasingkan, para prajurit tersebar menyelamatkan diri ke daerah Kedu, Yogyakarta dan sekitarnya.
Dari sekian banyak prajurit Pangeran Diponegoro seorang diantaranya adalah Ki Buyut Proyononggo lari ke daerah Kedu untuk menyelamatkan diri. Beliau dikenal memiliki ilmu yang tinggi dan sering melakukan tirakat, puasa Senin-Kamis, puasa mutih (tidak makan garam). Untuk menghindari pengejaran Belanda, Buyut Proyononggo menyamar membaur dengan masyarakat. Bila malam tiba Buyut Proyononggo tidak tidur di dalam rumah, tetapi tidur di atas pohon besar dan tinggi agar tidak kelihatan oleh musuh. Dalam pengembaraannya Buyut Proyononggo berjalan kaki keluar masuk hutan, menyeberangi sungai, menuruni tebing dan mendaki gunung. Jalan yang dilalui berupa hutan belantara yang masih lebat.  Bisa dibayangkan  betapa berat perjalanan yang dilakukan oleh Buyut Proyononggo dahulu kala. Hanya ada jalan setapak yang masih berupa tanah dengan bebatuan yang licin, binatang buas siap menghadang setiap saat mengintai kelengahan si pejalan kaki. Tetapi Buyut Proyononggo tidak mengenal kata menyerah atau putus asa. Dalam perjalanannya Ki Buyut selalu diikuti mata-mata Belanda yang mencari tahu keberadaan Ki Buyut. Agar tidak diketahui mata-mata Belanda, Ki Buyut mempunyai siasat kalau malam tiba, Ki Buyut tidur di dahan pohon besar, tubuhnya diletakkan sedangkan tangan dan kakinya menggantung layaknya seperti kalong alias semampir di dahan. Itu dilakukan setiap malam tiba. Dengan siasat ini Ki Buyut Proyononggo tidak hanya berhasil mengelabuhi mata-mata Belanda tetapi juga menghindari serangan binatang buas.
Pada suatu hari perjalanan Ki Buyut Proyononggo sampai di suatu tempat yang masih sepi dan hanya ada beberapa rumah penduduk, desa itu masih belum mempunyai nama. Ki Buyut Proyononggo beristirahat untuk beberapa saat di tempat itu dan berbaur dengan penduduk dusun itu, tetapi tidurnya tetap di atas pohon alias semampir. Karena dirasa cocok dengan penduduk dan yakin tidak ada mata-mata yang mengikutinya, akhirnya Ki Buyut Proyononggo memutuskan untuk menetap di dusun itu. Sebagai penduduk baru Ki Buyut Proyononggo selalu menolong orang-orang yang membutuhkan. Ki Buyut juga mengajar mengaji kepada penduduk sekitar, juga mengobati orang yang sakit. Hampir setiap hari ada saja orang yang meminta bantuan dengan senang hati Ki Buyut Proyononggo membantu.
Karena seringnya bergaul dengan penduduk sekitar, Buyut Proyononggo semakin dekat dengan penduduk bahkan seperti keluarga sendiri. Demikian pula warga sekitar sangat terbantu dengan kehadiran Ki Buyut Proyononggo seperti pemimpin bagi mereka yang selalu mengayomi dan menolong warga sekitar.
Untuk menghilangkan kesepian karena hidup seorang diri tanpa saudara, akhirnya Ki Buyut menikahi gadis desa itu dan mempunyai keturunan yang sampai saat ini keturunan Ki Buyut Proyononggo sudah keturunan yang keenam. Sesudah usianya sudah tua Ki Buyut melakukan semedi dengan cara semampir di dahan pohon selama 40 hari. Di dalam semedi itu tak jarang Ki Buyut Proyononggo mendapat gangguan dari makhluk halus atau sejenisnya. Sampai akhirnya Ki Buyut dapat menyelesaikan semedinya sampai 40 hari.
Karena bertapa Ki Buyut Proyononggo dengan cara semampir di dahan pohon, maka sejak saat itu desa itu diberi nama “SEMAMPIR”. Sampai akhirnya Ki Buyut Proyononggo meninggal di Desa Semampir dan dimakamkan di desa itu pula. Sampai sekarang makamnya dikeramatkan oleh penduduk sekitar

Sumber : http://boladiensadventure.blogspot.co.id/2015/09/asal-usul-desa-semampir-reban.html

Desa Bawang - Batang



 
Alun - alun bawang
Desa Bawang Kecamatan Bawang Kabupaten Batang
            Bawang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan paling selatan di kabupaten Batang  yang memiliki kekayaan alam yang masih alami. Panorama yang terdapat di kecamatan Bawang antara  lain: Curug Sipitung, Curug Siwungkal dan Curug Simawur. Kecamatan bawang terkenal penghasil sayuran dan palawija dalam kawasan agropolitan terpadu SORBANWALI (tersono, reban, bawang dan limpung).Dataran tinggi di Bawang adalah Prantoyo(Pranten dan Bintoro Mulyo) Bawang berbatasan langsung dengan kabupaten kendal (timur),kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara (Selatan). Terdapat gunung perahu yang merupakan wilayah dari dataran tinggi Dieng. Makanan khas daerah Bawang adalah Gaplek bunder.
Asal usul Desa Bawang
Pada zaman dahulu kala, pada masa pemerintahan Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma di kerajaan Mataram, setelah permintaan perdmaiannya ditolak oleh pihak VOC, Sultan Agung menyatakan perang pada bulan April 1928. Serangan ke Batavia pertama kali dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 1928. Namun pasukan Mataram mengalami kehancuran karena mengalami kekalahan dan kurangnya perbekalan. Hingga pada tahun berikutnya pasukan Mataram kembali menyerang Batavia pada bulan Mei 1929 yang dipimpin oleh Adipati Ukur. Meskipun telah mengantisipasi kegagalan atas kegagalan sebelumnya dengan mendirikan lumbung-lumbung padi, pasukan Mataram kembali mengalami kekalahan.
Dalam penyerangan Batavia yang kedua tersebut turut serta dua prajurit yang bernama Sukadana dan Ranawijaya. Mereka yang menjadi prajurit yang selamat atas pertempuran tersebut malu untuk pulang ke Kesultanan Mataram. Karena rasa malu untuk pulang dengan kekalahan perang, kedua prajurit tersebut akhirnya memutuskan untuk menetap di daerah lain yang mampu mereka jangkau akan tetapi jauh dari asal mereka. Mereka berdua mengembara hingga menemukan tempat yang dirasa aman. Sukadana menetap di suatu desa, yang kini dikenal dengan desa Soka di Kecamatan Bawang. Sedangkan Ranawijaya mendirikan dukuh yang tidak jauh dari tempat tinggal Sukadan yang dinamakan Kebon Dalem dan menetap di sana. Dikarenakan dalam dukuh Kebon Dalem serta beberapa dukuh disekitarnya banyak ditemukan pohon buah bawang, akhirnya tempat tersebut dinamakan desa Bawang.

Sumber : https://challengerofthedream.blogspot.co.id


Asal Usul Desa Kalibalik Di Kabupaten Batang



1). ASAL USUL DESA KALIBALIK


Desa Kalibalik. memang terkenal dengan suasana mistis dan juga prestasinya .Kata KALI dalam bahasa jawa yang artinya = sungai dan Balik yang artinya ( terbalik ) .
    Pada Zaman pemerintahan Kesultanan Demak Era Sultan Trenggono ditemukanlah sebuah kawasan hutan yang terkenal menjadi sebuah kerajaan besar Lelembut oleh Kyai Gagang Aking. Karena beliau sedang menyebarkan agama islam  maka Beliau  bersama pengikutnya Menebang sebagian pohon pohon untuk dijadikan lahan dan mengusir lelembut itu, namun karena kebaikan Beliau maka Lelembut itu diberikan satu kawasan untuk tempat tinggal mereka yaitu Gunung Priksa dengan syarat . Mereka tidak boleh mengganggu orang yang beriman ,namun Kyai Gagang juga memberikan keleluasaan pada mereka ,salahsatunya BUTO PATIH HAMBURAKSO Boleh keluar apabila di gunung tersebut diadakan pertunjukan wayang dengan ajaran hindhu. Maka sejak itulah dilereng Gunung Priksa tidak boleh diadakan pertunjukan wayang. Keesokannya Sang Kyai terus menyusuri area tersebut dan secara tidak sengaja beliau menemukan sebuah sungai ,namun anehnya aliran sungai tersebut menuju keselatan .Padahal secara umum aliran sungai itu menghadap ke Utara maka dinamakanlah kawasan tersebut dengan Nama Kalibalik.
(Dwi Nugroho ,Siswa Kelas 9a MTs NURUL HUDA BANYUPUTIH)

2). MAKAM MBAH JURET

Makam Mbah Juret

Makam Mbah Juret terletak di sebelah samping Balai Desa Kalibalik. Dulu sebelum dibangun Balai Desa tempat tersebut sebelumnya adalah area pemakaman umum.
Seiring perkembangan zaman yang mengharuskan dibangunnya Balai Desa, maka area pemakaman umum tersebut dipindah ke dusun Waringin Kalibalik. Semua makam akhirnya dapat dipindahkan ke daerah Waringin kecuali Makam Mbah Juret karena beliau merupakan wali atau sesepuh yang dihormati selain itu juga tidak ada yang berani memindahkan makam tersebut. Mitos yang berkembang di Makam Mbah Juret, jika menyebut nama makam sekaligus membaca al-fatihah 11 kali, hasbunallah 5 kali bila punya hutang maka hutangnya akan dapat terbayar beberapa hari kemudian.

3).Sendang Kalibalik, Penyelamat Dikala Kekeringan Melanda



Sendang adalah kolam yang biasanya terletak di pegunungan atau pedesaan, yang airnya berasal dari mata air di dalam kolam tersebut. Nah, di Desa Kalibalik ini terdapat dua sendang. Sendang pertama tempatnya terbuka tanpa ada penutup, selain itu penggunaanya dicampur antara laki-laki dan perempuan. Yang kedua, sendang yang ada penutupnya serta dilengkapi dengan WC dan kamar mandi. Kelebihan sendang kedua, tempatnya terpisah antara laki-laki dan perempuan sehingga tidak menimbulkan kerikuhan ketika ibu-ibu mandi di dalam sendang tersebut. Kedua sendang ini dimanfaatkan sebagai tempat untuk mencuci, mandi serta sumber air untuk kebutuhan memasak. Jangan salah, untuk kebutuhan sumber air tidak dijadikan satu dengan sendang yang digunakan untuk mandi dan mencuci namun tempat sumber airnya terpisah, sehingga air masih bersih dan layak untuk dimasak.
Sendang Kalibalik sangat berperan besar terhadap kelangsungan hidup warga kalibalik. Hal ini disebabkan banyak warga kalibalik yang belum memiliki sumur atau kamar mandi di rumahnya sehingga sendang ini sangat membantu mereka yang belum memilki fasilitas MCK di rumah.
erkait musim kemarau kemarin yang berkepanjangan, warga kalibalik yang sudah memiliki sumur pun ikut merasakan dampaknya. Sumur yang digunakan mereka untuk sumber air untuk mandi, mencuci, memasak ikut kekeringan. Sehingga mereka yang memiliki sumur pun ikut “ngangsu” ke sendang untuk memenuhi kebutuhan air setiap harinya. Tak heran, jika sendang selalu ramai meskipun petang telah menjelang.

Sumber : http://dwinugroho8502.blogspot.co.id

Alas Roban Kabupaten Batang


Alas Roban, hutan kecil di sebuah Kecamatan Gringsing, kecamatan yang terletak paling timur di Kabupaten Batang - Jawa Tengah. Jalanan yang begitu menanjak dan berkelok di sebuah bukit dengan rindangnya pepohonan jati berukuran besar. Jalur yang dikenal angker karena banyak kejadian yang tak lazim dan banyaknya kecelakaan. Di jalur lama (tengah) terdapat tugu keselamatan. Tak jauh dari itu terdapat makam petilasan Syekh Jangkung yang dulu pernah berkuasa di daerah itu, namun nisan untuk memperingatinya tumbang di dekat salah satu pohon jati yang cukup besar. Roban berasal dari kata ‘rob’ yang berarti air naik, kata ini sangat dikenal oleh masyarakat pesisiran. Kampung Roban sendiri ada di Kecamatan Subah. Roban berada di daerah pantai Laut Jawa. Suasana tempat ini hingga sekarang masih saja diselimuti hawa mistik yang kental. Perkampungan Roban dahulu dikenal dengan Roban Siluman. Konon pada waktu yang telah lampau, masyarakat Roban banyak yang memiliki ilmu tinggi hingga dapat merubah dirinya sebagai buaya. Dari sinilah dikenal siluman buaya yang menjadikan Roban sebagai Roban Siluman. Namun demikian Alas Roban dan Roban memiliki peran penting jika dilihat dari sejarahnya. Kabupaten Batang dahulu dikenal sebagai kawasan Alas Roban yang masih sepi belum seramai pemukiman penduduk sekarang ini. Alas Roban dikenal dengan tempatnya para siluman, lelembut, dan garong (perampok). Kawasannya terhitung mulai Perbatasan Kabupaten Kendal dengan Kabupaten Batang saat ini hingga Kota Pekalongan. Pada jaman Pemerintahan Sultan Agung Mataram Islam sekitar tahun 1620an, terjadi penolakan paham antara VOC dan Mataram yang sebelumnya menjalin diplomasi dalam kawasan dan penyediaan persenjataan. Sultan Agung bermaksud menggempur VOC yang berada di Batavia. Pasukan yang terlibat dalam penyerangan berasal dari berbagai tempat di Jawa. Untuk dapat mendukung persediaan logistik maka dibangun pos-pos pendukung logistik di berbagai tempat yang salah satunya di Alas Roban. Dalam membangun pos di Alas Roban, Sultan Agung mengutus Ki Bahurekso untuk membuka Alas Roban. Pembukaan konon dimulai dari Kecamatan Subah ke arah barat. Hal ini dimaksudkan untuk membuka lahan yang akan digunakan untuk menanam berbagai macam sumber makanan untuk mendukung kebutuhan logistik. Pada saat berada di Kali Lojahan (Kramat), Bahurekso berencana membuat bendungan. Namun di tempat yang akan di bangun bendungan terdapat kayu besar yang melintang di sungai. Kemudian beliau bertapa pada Malam Jum’at Kliwon untuk mendapatkan bantuan kekuatan. Kemudian kayu dapat diangkat dan dihancurkan, peristiwa ini disebut Ngembat Watang (Mengangkat Kayu) yang kemudian dijadikan nama Batang. Peristiwa pertapaan Ki Bahurekso kemudian diperingati dengan acara Kliwonan yang dilaksanakan setiap Jum’at Kliwon di Alun-Alun Kota Batang. Pos yang dibangun diperkirakan berada di daerah Balekambang, Gringsing. Di sini terdapat pesanggrahan yang diyakini peninggalan Sultan Mataram. Ditambah dengan adanya patung ular yang mirip dengan Hardowaliko yang dipamerkan di Kraton Mataram Jogjakarta namun tanpa mahkota. Balekambang adalah sebuah bangunan diatas sumber mata air yang muncul dari tanah. Di sekitarnya terdapat rawa yang cukup luas yang kini berubah menjadi persawahan. Dapat dilihat dengan jelas bahwa persawahan di sekitarnya adalah sawah yang berdiri diatas bekas rawa karena tekstur tanahnya. Balekambang kemudian dijadikan sumber irigasi untuk sawah yang luas. Jalur Tengah (lama) Alas Roban dibangun oleh Belanda, tak jauh dari jalur lama itu terdapat Goa Jepang. Goa Jepang dibangun sekitar tahun 1942 oleh Jepang. Di Batang ditemukan 2 Goa Jepang yaitu di Alas Roban dan Pantai Roban. Goa Jepang di Alas Roban terdapat sekitar 13 mulut goa buatan saat romusha dan 1 goa alami. 1 goa berkedalaman 30 meter lebih, dan 12 lainnya antara 5-20 meter letaknya berjajar di dekat sungai kecil. 1 goa alami terletak di atas bukit. Untuk goa buatan yang berkedalaman 30 meter lebih konon dapat menampung 8 tank ukuran tank saat itu. Sungai kecil yang ada di dekat goa ternyata adalah bekas jalur tank yang menghubungkan jalur lama dengan jalur lingkar yang baru dibangun tahun-tahun lalu. Goa Pantai Roban dibangun sekitar 1942 dan digunakan hingga tahun 1948 oleh Jepang. Goa Pantai Roban ini terletak didekat Kali Ngodek yang cukup lebar dan berkedalaman 20 meter. Menurut saksi mata dahulu ini dijadikan pelabuhan Jepang saat memperebutkan Indonesia dengan Belanda. Goa tersebut dijadikan persembunyian oleh jepang. Jepang pada tahun 1945 saat kemerdekaan RI belum pergi dari Indonesia, mereka baru pergi dari Indonesia setelah sekutu melepaskan bom atom ke kota Nagasaki dan Hirosima. 



Misteri Alas Roban (RUTE PALING MENYERAMKAN) Meski terkenal sebagai kawasan hutan jati ‘spooky' di Jawa Tengah , tempat ini punya cerita tersendiri . Khususnya di ‘zaman silam', ketika ruas baru Alas Roban yang dibangun Pemerintah Indonesia belum ada. Semua jenis kendaraan, mulai bus umum, truk sampai kendaraan pribadi harus melintasi rute ini. Salah satu kebiasaan yang dilakukan orangtua saya ketika kami -putra-putrinya-masih kecil adalah berwisata dengan mobil pribadi dari Jawa Timur ke Jawa Tengah saat liburan sekolah anak-anak. Dan itu artinya melintasi rute sepanjang Pantura dari Surabaya sampai Semarang, ditambah Jogjakarta, Solo sampai Temanggung dan Parakan. Salah satu rute favorit kami sebagai anak-anak di bawah limabelas tahun adalah Alas Roban, lengkap dengan segala kisah ‘spooky' yang dimilikinya. Seperti kondisinya sebagai bagian dari Grote Postweg, jalanan licin tanpa penerangan di malam hari dengan lintasan berliku-liku alias meliuk-liuk yang bisa bikin perut mual, sampai begal atau rampok yang menunggu di tempat-tempat strategis. Termasuk juga ‘wingitnya' atau seramnya si hutan sendiri dalam deskripsi visual. Sebelum masuk hutan dan sesudah keluar hutan, terdapat begitu banyak resto dan warung makanan. Termasuk sate kambing muda Subali di daerah Subah yang cukup terkenal itu. Tapi begitu masuk hutan sejauh 1 km, tak ada warung apapun yang bisa dijadikan tempat ‘ngiras' atau mengudap makanan. Jelajah Keangkeran Alas Roban, Batang, Jawa Tengah. Adakah perjalanan yang lebih menyeramkan yang melebihi perjalanan melewati Alas Roban? Zaman dulu Alas Roban terkenal angker, gung liwang-liwung, gawat keliwat liwat menjadi momok menakutkan bagi masyarakat ataupun sopir ketika melewatinya. Bagaimana dengan sekarang? Misteri apa sebenarnya yang menyelimuti hutan angker ini? Menuju Alas Roban dari Semarang, bisa ditempuh 2 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor. Setelah perbatasan Kendal di sebelah barat, alas itu bisa dicapai kira-kira lima belas menit perjalanan. Ada dua jalur yang harus dipilih ketika sampai di Desa Kutosari. Kalau Anda melewati Alas Roban yang sebenarnya, maka ambil jalur kanan. Dari jalur sebelah kanan ini, jalur lurus yang ditempuh juga akan menemui muara 2 jalur lagi. Nah, jalur yang terkenal menyeramkan adalah jalur yang sebelah kiri. Sebenarnya, saat ini jalur Alas Roban terbagi menjadi tiga. Jalur yang pertama melewati sisi selatan, dengan jalanan menanjak dengan beton putih. Jalur ini dimulai dari Desa Kutosari seperti yang disebutkan di atas. Jalan ini baru dibangun sekitar tahun 2000-an. Kemudian jalur yang kedua, ini dimulai dari Desa Plelen. Jalur dari Plelen ini bercabang dua. Jalur asli Alas Roban yang terletak di kiri. Sementara jalur yang kanan atau jalur yang ketiga, berada di sisi utara yang dibangun sekitar tahun 1990-an. Keangkeran Alas Roban memang sudah terkenal sejak dulu. Utamanya ketika dua jalur di sisi selatan dan utara belum dibangun. Setiap pengendara pasti mengalami peristiwa yang berbeda-beda ketika melewatinya. Hal ini karena memang jalanan yang turun-naik, menikung tajam, dengan kiri kanan terdapat tebing atau jurang. Tetapi bukan itu sebenarnya yang menyeramkan. Dahulu, ketika akan lewat jalur ini akan melewati dua tantangan sekaligus. Tantangan pertama, tantangan yang kelihatan mata, yaitu adanya gerombolan penjahat dan bajing loncat yang siap menggasak barang bawaan apa saja. Dulu, karena rawannya, kendaraan yang melintas malam hari tidak berani. Untuk kendaraan yang datang dari arah timur atau Semarang berhenti di depan Pasar Plelen. Sementara dari arah barat atau Jakarta, istirahat di Banyuputih. Mereka baru berani melintasi jalan Alas Roban ketika pukul 05.00 WIB. Kalaupun ada yang berani melintas malam hari, harus menunggu kendaraan lainnya. Tantangan yang kedua, tantangan makhluk halus, yaitu gerombalan berbagai makhluk halus yang siap ”menggoda” siapa saja. Godaan antara sopir yang satu dengan yang lain jelas berbeda. Dan godaan ini bisa berakibat fatal karena seringkali terjadi kecelakaan karena si sopir melihat sesuatu penampakan. Jika menengok ke belakang, jalan raya Alas Roban hanya ada satu, yaitu Jalan Raya Poncowati. Jalan itu dibuat pada era pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36. Dia memerintah antara tahun 1808 hingga 1811. Dan untuk membangun jalan ini, ribuan orang Indonesia meninggal karena tak kuat. Orang-orang Indonesia dipaksa. Orang-orang yang meninggal tersebut kemudian dikubur begitu saja. Namun demikian, Alas Roban memiliki peran penting jika dilihat dari sejarahnya. Kabupaten Batang dahulu dikenal sebagai kawasan Alas Roban yang masih sepi belum seramai pemukiman penduduk sekarang ini. Alas Roban dikenal dengan tempat para siluman, lelembut, dan garong (perampok). Pada zaman Pemerintahan Sultan Agung Mataram Islam sekitar tahun 1620-an, terjadi penolakan paham antara VOC dan Mataram yang sebelumnya menjalin diplomasi dalam kawasan dan penyediaan persenjataan. 


CERITA MISTERI ALAS ROBAN Warung Makan Gaib kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman gaib yg cukup membuat kami sekeluarga trauma & berfikir jutaan kali untuk sembarangan berhenti di jalan utk mengisi perut. waktu itu saya masih tinggal di secang magelang. kami sekeluarga akan pergi ke jakarta menggunakan kendaraan pribadi. sejak pagi saya & keluarga sudah sibuk prepared & packing. kami sekeluarga berniat akan berlibur sekaligus silaturahmi ke saudara di jakarta, lalu kami berniat berangkat dr magelang sore hari. jadi per jalanan akan lebih santai & bapak berniat menghindari keramaian kl melakukan perjalanan jarak jauh disiang hari. dan berangkatlah kami sekeluarga dr magelang kira2 jam 4 sore dari magelang, rute yang kami ambil melalui jalur utara. selama perjalanan kami tidak memiliki firasat buruk apapun. Dan perjalanan panjang pun dimulai. Tak terasa hari sudah mulai gelap, dan adzan magrib sudah berkumandang. kami memutuskan utk istirahat sejenak dimasjid sekaligus menunaikan sholat magrib. setelah selesai sholat, kami pun melanjutkan perjalanan. semakin jauh kami melaju semakin larut malam yang menemani perjalanan, yang semula di awal perjalanan, suasana didalam mobil begitu ramai & penuh canda tawa saya dan kedua adik saya, berubah perlahan menjadi suasana sepi. mungkin karena ibu & kedua adik saya sudah tidur terlelap. dan yang masih terjaga saat itu hanya saya dan bapak. jam menunjukan pukul 10.30 malam, kami sudah memasuki area alas roban, jalanan berliku ditengah hutan & tanah alas, jauh dari kehidupan kota. disini suasana sudah mulai mencekam. bapak mengurangi laju kecepatan mobil karena kondisi jalan yg gelap & berliku penuh tanjakan turunan yang kiri dan kanan nya jurang. saya & bapak merasa ada hal yg ganjil & aneh, sejak kami memasuki area alas roban, kami tidak berpapasan dengan kendaran lain seperti bus antar provinsi & kendaraan lainnya , padahal jalur ini termasuk rute yang sering digunakan untuk menuju kota tegal. setelah melaju beberapa saat tiba2 ” Bruaaaaakkkk…!!! ” astagfirullah…mobil yang kami naiki menabrak sesuatu ditengah jalan. Bapak langsung menepikan mobil kepinggir jalan dan mengambil senter yg ada di dashboard. saya & bapak kemudian turun dari mobil melihat situasi apa yang terjadi. ibu & kedua adik yg terbangun mendengar suara benturan tadi. langsung panik & mau keluar mobil, namun bapak melarangnya dan menyuruh ibu & adik2 tetap didalam.kemudian saya bergegas memeriksa bagian depan mobil & bapak memeriksa bagian bawah sampai belakang mobil. saya bener2 yakin benturan sekeras tadi seharusnya bisa membuat bamper mobil penyok atau memecahkan lampu kabut mobil, namun setelah saya periksa dengan seksama, tidak ada satu pun goresan di bagian depan mobil, bahkan debu & sedikit lumpur yang menempel pd bamper mobil pun masih utuh tak tersentuh. jujur saya kaget & heran. lalu bapak yang memeriksa bagian bawah sampai belakang mobil juga tidak menemukan benda yang kami tabrak tadi. kemudian saya memanggil bapak agar ikut memeriksa bagian depan mobil, mungkin dengan mencari berdua bisa menemukan kerusakan mobil akibat benturan keras tadi. kami sudah memeriksa beberapa kali ,setiap sudut bagian depan mobil, tidak ada satupun bekas benturan. lalu, apakah yang kami tabrak tadi? karena kami merasa ada yang tidak beres, saya & bapak lekas masuk kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan. kedua adik ku langsung pindah posisi duduk, yang semula duduk di kursi paling belakang pindah ke kursi tengah bersama ibu, dan saya duduk di kursi depan menemani bapak. kami pun terus melaju di kegelapan malam alas roban, jam menunjukan pukul 12 malam. kedua adik ku sudah tertidur lagi, yang terjaga kali ini saya, bapak & ibu. tidak lama kemudia , hujan mulai turun, hujan nya hanya rintik2 namun cukup menggangu pandangan, sampai bapak harus membunyikan klakson disetiap akan memasuki tikungan yang tajam. saya & ibu sengaja tidak membahas kejadian tadi, agar bapak tetap tenang & bisa berkonsentrasi dijalan. lalu dr kejauhan terlihat ada sepercik cahaya neon, allhamdullilah. sudah terlihat pemukiman, setelah semakin dekat ternyata itu sebuah warung makan pecel lele kecil tepat di sudut tikungan dibawah pohon, untuk menenangkan suasana kami memutuskan untuk singgah sejenak. saya & keluarga turun dr mobil, entah karena mengantuk atau ceroboh, kaki saya terbentur pasak penanda kilometer area. tertulis disitu kilometer 15. saya & keluarga masuk kedalam warung tersebut. penjualnya menyambut kami dengan ramah tamah, dengan logat khas pekalongan. kami memesan makanan & minuman panas. iseng2 saya bertanya, ” kok jam segini masih buka pak? bapak jual an ny sendirian?” penjual ny menjawab ” iya mas, ini sudah mau tutup kok, eh mas nya dateng, saya jualan sama istri saya. itu istri saya mas,” saya & bapak kaget, sejak kapan ada orang yang berdiri di samping pintu masuk warung. padahal tadi kami masuk lewat arah yang sama dan sekitarnya pohon besar. ya sudah lah, saya tidak terlalu memperdulikannya. karena perhatian saya tertuju pada ayam yang sedang di goreng. he…3x. kami makan dengan lahap, dan ternyata rasa sambal ny enak, sangat cocok dilidah. sampai saya nambah sambal nya 2x. setelah kenyang menyantap ayam goreng. kami bergegas kembali ke mobil, saat mau masuk mobil, kaki saya terbentur pasak penanda kilometer 15 tadi. oke saya ceroboh. karena letak pasak itu persis didekat pintu mobil. jadi wajar kl saya terbentur pasak itu. mobil kami pun mulai melaju ditemani hujan rintik2 yang terus menguyur area alas roban. setelah beberapa saat akhirnya kami keluar dr area alas roban dan menuju tegal , singkat cerita , kami sudah menyelesaikan liburan kami di jakarta, karena tidak ingin mengalami kejadian seperti kemarin lagi. bapak memutuskan untuk berangkat dari jakarta pagi hari jadi ketika memasuki alas roban lagi, hari masih siang. setelah berjam-jam kami menempuh perjalanan. kami memasuki area alas roban sekitar jam 1 siang. lalu saya penasaran dengan warung pecel lele yang waktu itu kami singgah i. rasa sambal nya enak. namun sayang, warung pecel lele biasa nya buka ketika sore menjelang malam hari. adik saya tiba2 ingin buang air kecil. bapak kemudian menepikan mobil di tikungan jalan yg agak luas. dan menyuruh adik untuk buang air kecil mepet dengan mobil. sambil istirahat sejenak sekaligus menikmati pemandangan alas roban di siang hari, tidak dipungkiri kalau pemandangan alas roban sangat indah. kemudian saya melihat pasak kilometer bertuliskan kilometer 15. saya kaget luar biasa. itu pasak yang membentur kaki ku tempo hari. dan posisi pasak itu persis di tepi jurang. dan seingat ku, posisi warung pecel lele waktu itu kira2 3 meter di belakang pasak tadi. saya langsung memanggil bapak & ibu. dan menujukan pasak tadi dan lokasi warung. setelah diamati, tikungan nya persis seperti waktu itu, ada pohon besar ditepi jalan & pasak bertuliskan kilometer 15, namun 1meter belakang pasak itu sudah jurang yang sangat dalam. kesimpulannya. waktu itu kami sedang makan di pinggir jalan tepat melayang diatas jurang. hanya satu hal yang bisa menjelaskan kejadian tersebut. kami singgah di warung gaib. Alas Roban, angker dan dikenal tempat pembuangan mayat

Sumber : https://sclm17.blogspot.co.id



08 March 2018

PANTAI UJUNG NEGORO - BATANG


KBWB PUNYA CERITA
"semua tak harus disamakan dg kedudukan ataupun kekayaan..
karena semua ketentuan selalu bisa di wujudkan dengan kebersamaan..."
Pantai ujung negoro
Batang Jawa tengah

#SAVE KBWB


07 March 2018

NGOPI BARENG KPU

Alhamdulillah telah terlaksana dengan baik dan sukses acara Ngopi Bareng KPU  (Ngobrol Pemilu)
Sosialisasi Pilgub Jawa Tengah Thn 2018.
Di Pujasera Batang pada hari sabtu tangngal 3 Maret 2018
Dan kami mengucapkan Terima Kasih atas kedatangan rekan-rekan dan sahabat dari:
1. MBc
2. PSB
3. PWB
4. MBA MUSNDA
5. PWD
6. KOBRA
7. GOSIP BATANG
8. PESBUKER
9. BATANG WE
10. BATANG BERKEBUN
11. MBy
13. Oi BATANG
14. BMMC
15. KFB
16. GBC
17. FKMPB
18. JAMAAH TASBIH
19. KOMBAT (KMB)
20. SSBM
21. GRAB BATANG
22. GOJEK BATANG
23. BCC
Kami mohon Mf klo ada grop/komunitas lain yg belum kami sebut.
Kami selaku penyelenggara minta mf apabila ada kekurangan dalam penyambutan dan penjamuan serta tempat yang kurang menyenangkan.

Mari bersama mewujudkan Pemilu Damai.

Salam KBWB Sekali Saudara Seduluran Saklawase