Situs
Syailendra Keanekaragaman bentuk peninggalan masa lalu di wilayah batang telah
menunjukkan adanya dinamika masyarakat dan lentur terhadap proses perubahan
yang terjadi oleh pengaruh-pengaruh budaya luar. Dan melihat bentuk-bentuk
peninggalan megalitik itu, menunjukkan bahwa mereka telah mengenal teknologi.
Selain itu pembudidayaan hewan dan tanaman telah dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan sistem upacara
PRASASTI
SOJOMERTO
Prasasti
Sojomerto, ditemukan di desa Sojomerto Kecamatan Reban Kabupaten Batang Jawa
Tengah, dibuat kira-kira pada abad ke VII atas perintah Syailendra, seorang
raja dari Kerajaan Sriwijaya yang menyerang Pulau Jawa tahun 684 M.
Prasasti
tersebut dibuat dari batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi
78 cm. Tulisan Jawa Kuna dipahatkan pada permukaan yang rata, terdiri atas 11
baris yang sebagian barisnya rusak terkikis usia.
Bunyi
tulisan tersebut antara lain :
Sembah
kepada Dhewa Syiwa Bathara Paramecwara dan semua Dhewa-dhewa. Saya hormat
kepada "Hiya Mih" adalah yang mulia Dhapunta Syailendra, Santanu
adalah nama ayahnya Badhrawati adalah nama ibunya, Sampura adalah nama istrinda
dari yang mulia Syailendra.
Prasasti
Sojomerto ini lebih tua dari prasasti Canggal yang dibuat atas perintah Sanjaya
pada tahun 732 M. Menurut sejarah Indonesia, Syailendra adalah seorang raja
yang keturunannya kawin dengan keturunan wangsa Sanjaya yang selanjutnya
menurunkan raja-raja Jawa Tengah dan Jawa Timur
SITUS
SILURAH
Prasasti
Canggal sebagai bukti sejarah Indonesia yang dibuat pada tahun 732 M atas
perintah Raja Sanjaya menyebutkan bahwa
"di Pulau Jawa yang masyhur ada seorang raja bernama Sanna". Sanna yang agung atau "Mahasanna"
kemudian berubah menjadi Mahasin dan orang sekarang menyebutnya dengan Masin,
adalah sebuah desa di Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.
Apakah
diwilayah ini dahulu kerajaan Mahasin berada ?.
Tersebutlah
kerajaan Mahasin dengan rajanya Senna yang memerintah rakyatnya dengan adil
dalam waktu yang lama. Pada tahun 684 M Mahasin digempur oleh Sriwijaya. Senna
bersama dengan putra mahkotanya lari kearah selatan mendirikan padepokan di
Desa Silurah, ditandai dengan adanya situs misterius dengan patung Ganesya dan
peninggalan purbakala bercorak Hindu
lainnya, sedangkan Sanjaya sebagai putra mahkota diungsikan ke selatan di kaki
gunung Merapi. Sebagai tempat pelarian, sampai sekarang situs Silurah ini masih
berbau mistis yang menyatakan bahwa pegawai pemerintah dilarang mendekati wilayah
tersebut. Disamping patung Ganesya yang terletak di lembah pertemuan antara
sungai Retno dengan sungai Semilir, masih banyak peninggalan purbakala di Desa
Silurah Kecamatan Wonotunggal ini, seperti lingga dan yoni sebagai lambang
kesuburan serta umpak berundak bekas reruntuhan candi.
Sumber: https://www.batangkab.go.id/index.php?nav=com_menu&id=5
0 comments:
Post a Comment