Konon pada
waktu pemerintahan Mataram pada saat itu Panembahan Hanyokrowati yang kemudian
dikenal sebgai Panembahan Sedho Ing Krapyak putra dari Panembahan Senopati,
pada saat itu permaisurinya tengah mengandung dan ngidam pingin makan ikan
Waderbang Sisik Kencono atau ikan Tombro yg bersisik kuning ke-emasan.
Karena
permintaan itu diutarakan terus menerus Sinuwun Hanyokrowati-pun ingin
mengabulkannya sedangkan Ia tau bahwa Waderbang Sisik Kencono yang dimaksud
permaisurinya bukan sembarangan ikan, melainkan ikan yang telah disusupi Sukma
kakaknya yg bernama Pangeran Wiro Nenggolo yang pada waktu itu Pangeran Wiro
Nenggolo sangat berambisi menjadi raja hingga bertapa diluar batas kemampuan
raganya kemudian Pangeran Wironenggolo meninggal dan sukmanya masuk kedalam
seekor ikan Waderbang sisik kencono. Sinuwun teringat pada Ki Ageng Gribig.
Ki Ageng
Gribig mempunyai sebuah pusaka yang berujud sebuah Jolo yang terbuat dari Sutra
bertampangkan Emas, maka dari itu Ki Ageng Gribig mempunyai sebutan Ki Ageng
Jolosutro. Dititahkanya Ki Ageng Gribig untuk menjala ikan Waderbang sisik
kencana tersebut.
Ki Ageng
Gribig menyusuri sungai untuk mencari ikan Waderbang sisik kencana. Singkat
cerita dalam perjalanannya menyusuri sungai mencari ikan Waderbang sisik kencana
yang dimaksud sampailah di kecamatan TULIS sekarang ini, disitu Ia mendirikan
sebuah pondhok dan sambil meminta petunjuk pada Alloh dimana keberadaan Ikan
waderbang sisik kencana yang dimasuki sukma Pangeran Wironenggolo kakak Sinuwun
Hanyokrowati.
Pada waktu
itu sungai didaerah situ hanya mengalir dan tak dapat mengaliri sawah Nyai
Rubiyah yg dikenal Nyai Saketi pun iba bagai mana mengatasi masalah penduduk
butuh air untuk mengairi sawah milik penduduk sedang suaminya Ki Ageng Gribig
masih bertapa minta petunjuk dimana keberadaan ikan itu berada, yang sangat
tidak mungkin untuk meminta bantuan pada suaminya.
Akhirnya
Nyai Rubiyah atau Nyai Saketi mengambil pusaka Jala yg terbuat dari sutra
dibawanya dan pergi kepinggiran sungai Nyai Rubiyah atau Nyai Saketi. Walau
bagaimanapun Nyai Rubiyah atau Nyai Saketi adalah Wali Nu’bah atas izin Allah
jala itu dilempar dan ditarik hingga bekas tarikan jala itu berubah menjadi
sebuah sungai dan dapat mengairi sawah hingga sekarang ini.
Atas
peristiwa itu Ki Ageng Gribig dikenal sebagai Kyai Jolosekti dan menjadi cikal
bakal desa tersebut dan mengabadikan jasa-jasa kedua Wali tersebut desa itu
disebut desa JOLOSEKTI.
Kyai
Jolosekti sendiri tidak lain adalan Sunan Geseng murid dari Sunan Kalijogo.
Makam petilasan Kyai Jolosekti dan Nyai Rubiyah atau Nyai Saketi dijaga
keberaannya dan di-uri-uri dan belum lama makam direnovasi atas donatur daru
Bpk Garot Suyudono.
Artikel Ini
ditulis oleh Bpk Supriyo Laksono (Budayawan Kab. Batang)
Catatan:
Desa Jolosekti terletak di kabupaten batang tepatnya kecamatan Tulis
Sumber :
http://www.tanahnusantara.com/kyai-jolosekti-dan-legenda-desa-jolosekti-kabupaten-batang/
0 comments:
Post a Comment